
Di semifinal mereka bertemu dengan juara grup B Singapura dengan pasukan multinasionalnya. Namun Vietnam tidak gentar sedikit pun, walau di leg pertama hanya memperoleh hasil seri 0-0 di Pnom Penh tapi pada leg kedua di kandang lawan mereka justru mampu menaklukan Singapura dengan skor 1-0. Pada pertandingan tersebut Vietnam menunjukan selain strategi jitu pelatih Callisto, mereka juga memiliki mental baja. Tangguh dan tenang dalam bertahan, ngotot dan pantang menyerah serta cepat dan tepat dalam melakukan serangan balik menjadi kunci kemenangan Vietnam.
Dan di pertandingan final leg pertama yang baru saja berakhir (24/12) dengan mengagumkan mereka mampu menumbangkan Thailand di kandangnya sendiri-stadion Rajamangala yang terkenal angker dengan skor 2-1 lewat gol-gol dari Nguyen Vu Phong dimenit 39 dan Le Cong Vinh dimenit 42. Di final leg kedua yang akan berlangsung 3 hari lagi (28/12) di Hanoi mereka hanya butuh hasil imbang untuk meraih gelar juara AFF pertamanya.
Satu hal yang sangat menonjol dari Vietnam menurut pengamatan saya selama berlangsungnya turnamen adalah mental mereka sangat tangguh. Tidak ada istilah "Kalah Sebelum Berperang" siapa pun lawan yang mereka hadapi. Permainan yang mereka tampilkan penuh determinasi, ulet mengejar bola kemanapun bergulir, tenang dan fokus dalam bertahan serta sabar dan penuh variasi dalam menyerang. Keunggulan mental inilah yang dapat mengatasi postur kokoh pemain multinasional hasil naturalisasi dengan permainan ala Eropa-nya Singapura serta kelebihan teknis individu yang dimiliki para pemain Thailand.
Sungguh merupakan contoh yang patut ditiru untuk tim nasional kita yang terkenal bermasalah dengan mental bermainnya. Lupakan dulu masalah teknis dan strategi permainan, benahi dulu mental bermain timnas. Karena jika mental bermain sudah dibenahi otomatis akan mempengaruhi cara bermain timnas menjadi lebih baik. Maju terus timnas Indonesia!
No comments:
Post a Comment