Thursday, December 4, 2008
Ujian Nan Tak Kunjung Padam
gambar diambil dari www.smh.com
Marah, kesal, geram, sedih semua perasaan itu bercampur aduk melihat berita kemarin di berbagai media elektronik (3/12). Berita apaan gerangan? Berita tentang penanganan korban semburan Lumpur Lapindo Sidoarjo. Sby ternyata harus turun tangan langsung menangani masalah ganti rugi korban semburan Lumpur Lapindo. Tenggat waktu pembayaran per tanggal 1 Desember 2008 kemarin tidak dipatuhi oleh PT.Minarak Lapindo anak perusahaan Bakrie Grup yang menangani masalah ganti rugi. Akibatnya sejumlah korban semburan lumpur melakukan unjuk rasa (lagi) di depan istana Merdeka Jakarta.
Sby tentu saja gerah dan malu karena korban lumpur beranggapan pemerintah dan Bakrie Grup tidak serius menyelesaikan masalah mereka. Dan kemarin dalam pertemuan dengan menteri-menteri yang terlibat dalam tim penanganan Lumpur Lapindo serta Nirwan Bakrie selaku pimpinan Minarak Lapindo, Sby memberikan teguran keras sekaligus ultimatum agar masalah ganti rugi diselesaikan hari itu juga.
Luar biasa....itu komentar saya dalam hati. Apanya yang luar biasa? Sby? Bukan, kalau mengenai tindakan tegasnya itu seharusnya sudah dilakukan dari jauh-jauh hari. Jadi apa dong yang luar biasa? Yang luar biasa adalah penanganan masalah ini yang begitu berlarut-larut. Bayangin aja sudah 2,5 tahun sejak lumpur mengenangi daerah Porong Sidoarjo tapi sampai sekarang masalahnya belum selesai-selesai. Untuk masalah lumpurnya sendiri mungkin 100 tahun kedepan pun belum tentu bakal berhenti nyembur atau surut. Namun untuk masalah yang tidak kalah penting yaitu ganti rugi korban harusnya sudah bisa diselesaikan.
Saya sebagai orang awam hanya bisa berlogika Bakrie Grup kan luar biasa kaya dengan aset dan profit perusahaan trilyunan rupiah. Wong pentolannya saja Aburizal Bakrie jadi orang terkaya se-Asia Tenggara kebayang lah berapa jumlah kekayaannya. Masak untuk membayar jumlah ganti rugi korban lumpur Lapindo yang mencapai 1,1 trilyun saja molor sampai 2,5 tahun?
Kalau mereka hitung-hitungan kelangsungan hidup banyak perusahaan yang bernaung di bawah Bakrie Grup karena harus membayar ganti rugi korban lumpur saya rasa mereka tidak punya nurani. Wahai bapak dan ibu para petinggi Bakrie Grup yang saya yakin hidup sangat berkecukupan, tidakkah tergerak hati nurani dan belas kasihan anda melihat penderitaan saudara kita di Porong Sidoarjo? 2,5 tahun hidup menderita di penampungan dengan fasilitas seadanya. Kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Kehilangan tempat tinggal tercinta mereka. Dan yang terpenting kehilangan "HIDUP" mereka.
Saya kadang bertanya-tanya kok ya masih bisa mereka hidup tenang, makan enak dan tidur nyenyak? Padahal ratusan orang disaat yang sama sedang susah tidur karena memikirkan masa depan mereka yang suram. Memikirkan bagaimana mengisi perut yang lapar. Bagaimana cara hidup dan memiliki tempat tinggal baru yang layak. Bagaimana anak-anak mereka bisa sekolah dan bagaimana masa depan mereka nanti.
Saya jujur saja tidak dapat membantu apa-apa, hanya "ngarep" ada petinggi Bakrie yang baca postingan ini (ngarep banget yee..!!!) lalu hati mereka tergugah untuk lebih serius menangani dan menyelesaikan masalah ganti rugi ini. Syukur-syukur ada viewer yang mampu memberikan bantuan untuk meringankan penderitaan saudara kita korban Lumpur Lapindo apa pun bentuknya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
mungkin kalau kita menjadi koban lumpur lapindo akan melakukan hal yang sama dengan mereka.
ReplyDeleteAyo rebut hak mu.......
Pastinya...secara masa depan kita mendadak suram. Dan orang yg menyebabkan hal tsb tidak mau bertanggung jawab.
ReplyDelete